Jumat, 30 Desember 2016

ISSN 2356-0878 Vol.06 No.01 edisi Desember 2016



STUDI FAKTOR THERMIS DAN PENGARUHNYA PADA KAPASITAS HANTAR ARUS KAWAT PENGHANTAR
 SALURAN TRANSMISI

Janter Napitupulu

Jurusan Teknik Elektro, Universitas Darma Agung
Jl. DR. TD.Pardede No. 21, Medan 20153,
 Indonesia

ABSTRAK 
Kawat penghantar merupakan salah satu elemen yang dipilih atas pertimbangan beberapa faktor antara lain : faktor ekonomis, faktor elektris, faktor mekanis dan faktor thermis. Faktor thermis merupakan faktor yang menentukan kemampuan kawat penghantar dalam menyalurkan arus listrik, dab bersama faktor-faktor lainnya mempengaruhi perubahan temperatur kawat penghantar yang akan mengakibatkan perubahan sifat-sifat physis, mekanis, maupun sifat listrik dari kawat penghantar tersebut. Panas yang diterima oleh kawat penghantar kemudian dilepaskan ke udara bebas dengan cara konveksi dan radiasi. Dimana pada suatu temperatur kerja tertentu kawat penghantar, banyaknya panas yang diterima kawat penghantar akan sama banyaknya dengan panas yang dilepaskan, sehingga terdapat keseimbangan antara panas yang diterima dengan panas yang dilepaskan oleh kawat penghantar. Besarnya panas yang diserap oleh kawat penghantar mempengaruhi besarnya kapasitas hantar arus dari kawat penghantar tersebut. Hal ini mengakibatkan perbedaan besar antara kapasitas hantar arus dari kawat penghantar pada siang hari dibandingkan dengan malam hari, karena pada malam hari tidak ada sinar matahari maka besar pemanasan dari luar adalah nol.

Keywords: Energi matahari, rugi daya, tahanan, pembebanan


ANALISIS RISIKO PADA PERUSAHAAN ASURANSI JIWA
(PT. Equity Life Indonesia - Bandung)
  
Indira Ruth Septarini

Dosen jurusan Manajemen Informatika,
Institut Sains dan Teknologi TD.Pardede


APBSTRAK
Fungsi utama dari asuransi adalah sebagai mekanisme untuk mengalihkan resiko (risk transfer mechanism), yaitu mengalihkan resiko dari satu pihak (tertanggung) kepada pihak lain (penanggung).
Sebagai perusahaan asuransi, mereka menanggung resiko dari tertanggung yang sudah mengansuransikan properti mereka atau jiwa mereka. Selain risiko dari tertanggung, perusahaan asuransi juga perlu memperhitungkan risiko yang bisa terjadi dalam perusahaan. Oleh karena itu dalam perusahaan asuransi sangat diperlukan manajemen risiko, yang memperhatikan bagaimana risiko dari tertanggung dapat di minimalkan bahkan di hindarkan.
Penelitian ini diawalin dari penetapan konteks, kemudian identifikasi risiko, penilaian risiko dan mitigasi risiko. Identifikasi risiko mengadaptasi Australian Standard/New Zealand Standard AS/NZS 4360 yang menghasilkan 39 risiko yang ada pada perusahaan asuransi jiwa. Risiko-risiko tersebut dikelompokkan ke dalam 4 faktor risiko berdasarkan area dampaknya, yaitu revenue risk (16 risk item), cost risk (7 risk item), reputation risk (8 risk item), financial risk (8 risk item). Kemudian 39 risiko tersebut dinilai oleh para ahli dibidang asuransi yang meliputi penilaian tingkat kemunculan risiko dan dampak dari risiko. Kemudian dilakukan penilaian lanjutan terhadap hasil yang diperoleh.
Penilaian risiko tersebut menghasilkan tingkat risiko menengah dan tingkat risiko tinggi. Risiko yang dimitigasi ialah risiko yang berada pada tingkat risiko tinggi. Risiko yang dimitigasi berjumlah 19 risiko dengan komposisi 11 revenue risks, 3 cost risks, 4 reputation risks, 3 financial risks. Mitigasi yang dilakukan pada risiko-risiko ini berupa pengurangan risiko, pemindahan risiko, penerimaan risiko.




1)Dosen DIII Desain Interior, Institut Sains dan Teknologi TD.Pardede, Medan

2)Mahasiswa Jurusan DIII Desain Interior
Institut Sains dan Teknologi TD.Pardede, Medan


ABSTRAK
Cyber Game merupakan salah satu peluang bisnis di sektor jasa dengan pasar potensial yang terus berkembang. Dunia Cyber Game Café yang berkembang pesat dan pelanggan yang beragam, diperlukan sebuah sarana dengan interior unik, dapat berupa computer canggih, fasilitas yang lengkap, akses internet super cepat dan nyaman dalam aspek interior. Sudah di ketahui bahwa Interior sebuah usaha juga merupakan aspek penting akan keberhasilan dalam tiap bisnis usaha yang dilakukan sehingga memberikan suatu ciri khas tersendiri yang berkesan.
Konsep Futuristik yang akan diaplikasikan pada interior Cyber Game Café ini, dimaksud akan menjadi suatu ciri khas dan daya tarik tersendiri serta pengguna dapat merasa nyaman saat menggunakan fasilitas yang di sajikan, khususnya pada zaman sekarang apalagi dengan pasar kota Medan yang kebanyakan orang hanya menggunakan warnet biasa. Bahan yang merupakan perpaduan lantai concrete dengan permukaan furniture yang mengkilap, penggunaan kaca dan krom memberikan suasana yang sangat futuristik, serta membuat para pengguna jasa merasa bahwa terbawa ke tempat lain. Konsep Futuristik merupakan sebuah konsep yang dimana para designer interior dapat dengan bebas berekspresi di dalam ruangan tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan desain deskriptif.
Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan serta analisis yang telah dilakukan diketahui bahwa 1) Desainer Interior perlu dilibatkan dalam pengembangan Bisnis Cyber Game. 2) memberikan masukan secara keilmuan kepada pihak pengelola, agar dari segi Desain Interior lebih baik dengan memperhatikan analisa ilmu interior dan memadukan usur Futuristik sebagai salah satu wadah untuk memberikan nuansa dan konsep desain yang berbeda, serta 3) meningkatkan daya tarik dan penggunaan jasa Cyber Game tersebut.

Keywords: Cyber Game, Warung Internet, Café, Gaya desain Futuristik


PENILAIAN RUMAH BER-SNI
MENURUT SISTEM RATING GREENSHIP HOME

Resha Febrian
  
 Mahasiswa Program Magister Teknik Sipil,
Sekolah Pascasarjana Universitas Katolik Parahyangan,


Abstrak
Rumah merupakan salah satu kebutuhan pokok untuk kehidupan manusia. Seiring dengan perkembangan jaman, teknologi yang digunakan dalam sebuah konstruksi rumah telah berkembang dengan pesat. Salah satu teknologi yang sedang menjadi trend saat ini adalah rumah ramah lingkungan (green home). Industri konstruksi perumahan di Indonesia akan meningkat dengan pesat seiring dengan kebutuhan rumah. Seiring dengan perkembangannya tersebut industri konstruksi perumahan akan memberikan pengaruh yang cukup besar dalam konsumsi energi, konsumsi air, pemakaian lahan dan beberapa masalah lainnya yang memiliki berdampak negatif terhadap lingkungan. Konsep green di Indonesia mulai terdengar sekitar awal tahun 2000-an, dan pada akhir-akhir ini isu green semakin kecang, bahkan pada sektor bangunan telah didirikan Green Building Council of Indonesia (GBCI) pada tahun 2009. Rumah ber-SNI merupakan salah satu produk teknologi terapan dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman Kementerian Pekerjaan Umum. Sebagai perwujudan dari rumah layak huni adalah penetapan aplikasi SPM (Standar, Pedoman dan Manual) dalam pembangunan rumah yang dikenal sebagai rumah ber-SNI, sesuai dengan UU Nomor 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, salah satu hal yang penting dalam kebijakan tersebut mangamanahkan agar perumahan dan kawasan permukiman hendaknya adalah layak huni. Rumah Ber-SNI bisa menjadi jawaban dari permasalahan di atas, untuk itu dibutuhkan informasi tentang rumah ramah lingkungan menurut GBCI dan mengetahui sejauh mana Rumah Ber-SNI dapat dikatakan green home (rumah ramah lingkungan) menurut penilaian GBCI. Dari hasil penilaian, Rumah Ber-SNI cenderung mendukung rumah ramah lingkungan menurut greenship home. Masih terdapat beberapa poin yang belum dapat dipenuhi karena Rumah Ber-SNI masih hanya menerapkan kesesuaian tata lahan bangunan serta komponen material yang digunakannya. Selain itu juga Rumah Ber-SNI belum menerapkan konsep hemat energi untuk mendukung kriteria konservasi dan efisiensi energi.

Kata Kunci : Green Building, Rumah Ramah Lingkungan, Sistem Rating Green Building, Rumah Ber-SNI, Green home


NALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PEKERJAAN ULANG (REWORK) PADA PEKERJAAN KONSTRUKSI
DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICALHIERARCHY PROCESS (AHP)

Putri Sekarasih

Mahasiswa Program Studi Teknik Sipil
Konsentrasi Manajemen Proyek Konstruksi
Program Pascasarjana Universitas Katolik Parahyangan


ABSTRAK
Rework pada proyek konstruksi dapat memberikan dampak buruk pada performa dan produktifitas proyek. Akibat adanya rework terjadi keterlambatan pelaksanaan proyek dan penambahan biaya pelaksanaan kontruksi yang cukup signifikan. Oleh karena itu penting untuk mengetahui faktor­faktor apa yang menyebabkan terjadinya rework dan bagaimana faktor-faktor tersebut mempengaruhi terjadinya rework dan diketahui usaha yang dapat dilakukan untuk mengurangi terjadinya rework. Metode studi ini mencakup metode pengambilan data dengan menggunakan kuesioner yang berisi penilaian terhadap faktor-faktor penyebab terjadinya rework pada pekerjaan konstruksi. Analisa data dilakukan dengan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Hasil analisa diperoleh faktor yang paling berpengaruh terhadap penyebab terjadinya rework adalah faktor manajerial (35,8%) dengan faktor yang paling mempengaruhi adalah kurangnya kontrol (23,9%). Usaha yang dapat dilakukan untuk mengurangi terjadinya rework adalah dengan meningkatkan komunikasi, koordinasi, dan kerjasama antara pihak-pihak yang terkait dalam proyek kontrksi dan melakukan pengeawasan dan pengendalian pelaksanaan pekerjaan.

Kata kunci : proyek konstruksi, faktor, rework, Analytical Hierarchy Process (AHP)


ABSTRACT
Rework on the construction project could adversely affect the performance and productivity of the project. Rework occurs to delays in project implementation and execution of the construction costs increase significantly. It is important to know what factors are causing rework and how these factors influence the occurrence of rework and known businesses that can be done to reduce the occurrence of rework. Methods of study includes data collection method using a questionnaire containing an assessment of the factors that cause the occurrence of rework on the construction work. The data were analyzed using Analytical Hierarchy Process (AHP). The results of the analysis, the most influential factor to the cause of rework is a managerial factor (35.8%) with the most influencing factor is the lack of control (23.9%). Businesses that can be done to reduce the occurrence of rework is to improve communication, coordination, and cooperation between the parties involved in the project and perform pengeawasan kontrksi and control of the implementation work.

Keywords : project construction, factor, rework, Analytical Hierarchy Process (AHP)

 
PELESTARIAN BANGUNAN KOLONIAL SEBAGAI
CAGAR BUDAYA  DI KAWASAN KESAWAN


Ir. P.HP. Sibarani, MSi

Arsitektur, Institut Sains dan Teknologi TD. Perdede, Medan
Jl. DR. TD. Pardede No. 8, Medan 20153, Indonesia

Abstrak
“Permasalahan di kawasan cagar budaya Kawasan Kesawan yaitu kurangnya peran pemerintah dan masyarakat dalam upaya pelestarian, salah satunya pelestarian bangunan kolonial. Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan transformasi fisik dan non fisik pada bangunan kolonial serta mendeskripsikan peran masyarakat dan pemerintah dalam pelestarian bangunan kolonial serta hambatan dalam proses tersebut. Tahapan dalam penelitian ini pendekatan kualitatif dengan metode yang digunakan adalah studi kasus eksploratif. Selanjutnya dilakukan penentuan faktor yang berpengaruh dengan menggunakan teknik analisa deskriptif, wawancara dan kusioner penelitian. Persoalan yang sering terjadi pada perubahan bangunan dapat dilihat dari Persoalan Fisik yaitu permasalahan mengenai perubahan wujud bangunan asli yang ada baik dipengaruhi oleh perubahan iklim, waktu, getaran lalu lintas ataupun pemeliharaan yang kurang dan perencanaan tata kota yang tidak baik, Persoalan Fungsi yaitu permasalahan mengenai fungsi bangunan yang sudah tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat sehingga diganti dengan bangunan yang baru yang mungkin merusak bangunan lama di sekitarnya, Persoalan Image yaitu  permasalahan mengenai nilai yang muncul di mata orang awam terhadap kawasan wisata bersejarah yang menjadi tidak nyaman dipandang. Faktor keberhasilan upaya pelestarian dari pemerintah adalah adanya keberhasilan pemerintah memberikan edukasi dan pemahaman, membuat peraturan dan buku panduan prosedur pelestarian bangunan cagar budaya. Faktor keberhasilan upaya pelestarian dari masyarakat adalah adanya peran nyata dari pihak masyarakat seperti pengeluaran dana pribadi untuk upaya pelestarian bangunannya.”

Kata Kunci — Pelestarian, Cagar Budaya, Pemerintah, Masyarakat, Bangunan Kolonial, Permasalahan

Abstract
“Problems commonly seen in the heritage area of Kesawan is the lack of roles by the Governments and citizens in the effort of preservation, especially the preservation of Colonial Buildings. This research aims to formulate the physical and non-physical transformations that is happening to the Colonial Buildings and to describe the roles of citizens and governments in preserving Colonial Buildings and to find the troubles or impacts that might come out through the process. In making this research, researchers use one of the qualitative approach methods which is explorative study case. The next step is to collect every factor that might be the effects by using the descriptive analysis technique, interviews and site observations. Problems that also commonly seen in the change of a building could be seen in the Physical Problem such as changes from the origin shapes effected by climate change, times, traffics or even the less maintanances and bad city plans, Function Problem such as problems about unuseful building that might no longer needed by people that is replaced by a new building that might damage the original buildings around, Image Problem is a problem about values that come from people’s views about the heritage area. The factor of success by preserving from government is the success of giving education and understandings, creating rules and manual books about the procedures of preserving a heritage. Factor of success from the people comes from the visible roles from the citizens such as the fund rasied by themselves to start preserving their buildings.”

Keywords -- Preservation, Heritage, Governments, Citizens, Colonial Buildings, Problems


PENERAPAN METODE TOPSIS DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMILIHAN ASPAL UNTUK TIPE JALAN DENGAN LALU LINTAS BERAT
(TOPSIS METHOD APPLICATION IN DECISION MAKING FOR SELECTION 
ASPHALT ROAD TYPE WEIGHT TRAFFIC)

Aceng Maulana Karim

Pasca Sarjana Manajemen Proyek Konstruksi
Universitas Katolik Parahyangan Bandung,

 Pusat Litbang Jalan dan Jembatan
Jl. AH. Nasution 264 Bandung 40294

Abstrak
Akhir-akhir ini banyak produsen aspal yang menawarkan jenis aspal sesuai dengan spesifikasi serta peruntukannya masing-masing, sehingga membuat pengguna menjadi kesulitan dalam menentukan pilihan yang sesuai dengan keinginan dan anggaran mereka. Sejalan dengan itu juga penggunaan  aspal  juga  meningkat,  salasatunya  adalah  penggunaan  aspal untuk lalu lintas berat atau padat,  dalam  memberikan keputusan terbaik pada suatu masalah, dalam hal ini adalah masalah pemilihan aspal yang sesuai. Sehubungan  dengan hal di atas,  maka  dirancanglah  sebuasistem  pendukung  keputusan  pemilihaaspal  agar  pengguna  dapat menentukan  pilihan  aspal  dengan  tepat  sesuai  dengan  keinginan  dan  anggarannya.  Metode  yang  digunakan untuk Sistem Pendukung Keputusan pemilihan aspal adalah dengan menggunakan metode Technique Order Preference  by  Similarity  To  Ideal  Solution  (TOPSIS).  Metode  ini  dipilih  karena  mampu  memilih  alternatif terbaik  dari  sejumlaalternatif,  dalam  hal  ini  alternatiyang  dimaksud  adalaaspal  terbaiberdasarkan kriteria-kriteria yang ditentukan. Hasil dari proses pengimplementasian metode dan TOPSIS dapat mengurutkan alternatif dari nilai yang terbesar ke nilai yang terkecil. Dari hasil analisis didapatkan bahwa aspal starbit menempati ranking pertama dan dinilai cocok untuk diterapkan pada lalu lintas berat/padat.
Kata kunci : Sistem Pendukung Keputusan, Topsis , Aspal, Kriteria Pemilihan, Lalu Lintas Berat

Abstract
In the end of a lot of manufacturers who offer this type of asphalt pavement in accordance with the 
specification and allocation - each, thus making the user be difficulty in determining the choice that 
suits their desires and budget. In line with that also the use of asphalt is also increasing, one of which 
is the use of asphalt for heavy traffic or congested, in providing the best decision on a matte , in this 
case is a matter of selecting the appropriate asphalt . In connection with the above, then designed a 
decision support system for the selection of asphalt so that the user can determine the right choice 
with the asphalt in accordance with the wishes and budget. The method used for the selection of
 Decision Support Systems asphalt is by using the method of Technique Order Preference by Similarity 
To The Ideal Solution (TOPSIS). This method was chosen because it is able to choose the best
 alternative from a number of alternatives, in this case the alternative in question is the best asphalt
 based on specified criteria . The results of the implementation process and TOPSIS methods can sort 
the alternative of greatest value to the smallest value. From the analysis it was found that the asphalt 
starbit ranked first and considered suitable to be applied to heavy traffic.
 
Keywords : Decision Support Systems, TOPSIS, Asphalt, Criteria, Weigh Traffic 


KAJIAN RISIKO PADA TAHAP PELAKSANAAN KONSTRUKSI PROYEK PENINGKATAN JARINGAN IRIGASI LEUWIGOONG

Andarias Takanyuai

Program Pascasarjana Magister Manajemen Proyek Konstruksi
Universitas Katolik Parahyangan Bandung


ABSTRAK
Kecamatan Lewigoong merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Garut yang memiliki potensi pertanian namun belum terkelola dengan baik akibat kurangnya air untuk irigasi, terutama pada musim tanam ketiga. Pemerintah melalui dinas Pekerjaaan Umum Provinsi Jawa Barat merencanakan pengembangan Bendungan  yang berlokasi di kecamatan Lewigoong kabupaten Garut. Pengembangan bendungan ini ditujukan untuk memenuhi kebutuhan air baik untuk air bersih maupun irigasi agar potensi pertanian dapat dikembangkan dan dikelola dengan baik. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan  faktor risiko yang paling dominan mempengaruhi pembangunan proyek daerah irigasi Lewigoong tersebut serta berapa besar dampak yang ditimbulkan  saat konstruksi dilaksanakan. Metode yang dilakukan melalui survai untuk mengetahui berbagai kemungkinan risiko konstruksi serta berapa besar konsekuensi atau dampak risiko pada saat konstruksi tersebut. Data yang terkumpul dianalisis dengan metode deskritif dengan tahapan sebagai berikut : Indentifikasi risiko, Penilaian risiko dan Penanganan risiko. Hasil penelitian menunjukan bahwa risiko yang paling memiliki probabilitas dan dampak terbesar adalah faktor risiko ketidak pastian kondisi lapangan dengan nilai faktor risiko 0,83.

Kata-kata kunci :.Manajemen Risiko, Jaringan Irigasi, Identifikasi, Penilaian, Penanganan.


PENGARUH MOTIVASI, PERSEPSI DAN SIKAP  KONSUMEN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PUPUK  DI KAWASAN DELI SERDANG DENGAN FREQUENCY IDENTIFICATION


Rikardo Hotman Siahaan


Fakultas Teknologi Industri, Institut Sains dan Teknologi TD Pardede, Medan
Jl.DR Pardede No.8, Kampus ISTP, Medan 20153, Indonesia


ABSTRAK
Tidak banyak produk Indonesia yang begitu membanggakan dan mampu eksis di tengah gempuran produk asing di tengah persaingan usaha saat ini. Salah satu produk membanggakan itu adalah Pupuk Magnesium. Bertahannya produk pupuk kemasan “karung" hingga saat ini, menunjukkan bahwa produk tersebut mempunyai keunikan tersendiri sehingga tetap diminati konsumen. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh motivasi, persepsi, sikap konsumen terhadap keputusan pembelian. Obyek analisis penelitian ini adalah konsumen pupuk yang berada di kawasan Deli Serdang. Dari hasil penelitian diketahui bahwa pertama motivasi, persepsi, sikap dan pembelajaran konsumen berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan pembelian pupuk. Kedua ada perbedaan yang nyata antara pendapat dan harapan konsumen tentang keputusan pembelian. Manfaat penelitian ini dapat dipakai sebagai informasi dalam usaha untuk meningkatkan volume penjualan melalui perilaku konsumen.

Kata kunci : Motivasi, Persepsi, Sikap, Pembelajaran dan Keputusan Pembelian


ABSTRACT
Not many Indonesian products are so proud and able to exist amid the onslaught of foreign products in competition today. One product that is Fertilizer Magnesium property. The persistence of a fertilizer product packaging "sack" to date, indicates that the product has unique characteristics so as to keep consumers interested. The purpose of this study was to investigate and analyze the influence of motivation, perception, attitude and learning that consumers on purchasing decisions. The object of this study is consumers fertilizer in the area of ​​Deli Serdang. the result showed that the first motivation, perception, attitude and learning that consumers significantly influence purchasing decisions fertilizer. Secondly there is a real difference between the opinions and expectations of consumers about purchasing decisions. the benefits of this research can be used as information in an effort to increase sales volume through consumer behavior.

Keywords: Motivation, Perception, Attitudes, Learning and Purchase Decision


ANALISA PERMASALAHAN DAN POTENSI
TRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT PADA KAWASAN
STASIUN BESAR KERETA API MEDAN

Samuel Eka Saputra Suparyono

Mahasiswa S2 Program Studi Magister Teknik Arsitektur
Jurusan Manajemen Pembangunan Kota, Fakultas Teknik Arsitektur
Universitas Sumatera Utara
Jl. Perpustakaan Gedung J7 Lantai II Kampus USU
Medan 20155 – Sumatera Utara

A B S T R A K
Permasalahan kemacetan merupakan permasalahan umum yang terjadi di Kota Medan. Dalam upaya mengatasi permasalahan tersebut, salah satu alternatif solusi yang dapat dilakukan adalah mengadaptasi sebuah konsep pembangunan berbasis transit seperti yang telah diterapkan di beberapa Negara maju yang dikenal dengan pembangunan kawasan berbasis transit atau Transit Oriented Development (TOD).
Stasiun Besar Kereta Api Medan terletak di kawasan strategis Kota Medan, yaitu pada pusat kegiatan ekonomi, pemerintahan, perkantoran, kesehatan dan hiburan. Penggunaan lahan di kawasan di sekitar Stasiun berkembang menjadi lahan campuran, tetapi secara nyata belum terbentuk suatu sistem yang saling terintegrasi baik pergerakan kendaraan maupun orang yang memberikan rasa nyaman dan kemudahan bagi pengguna jalan dan pejalan kaki.
Bila TOD diterapkan di kawasan stasiun besar kereta api Medan, maka diharapkan kawasan tersebut memiliki potensi sebagai berikut: a) Kinerja jaringan jalan di sekitar kawasan tersebut lancar sebagai dampak dari menurunnya penggunaan kendaraan pribadi; penyediaan fasilitas untuk kemudahan perpindahan antar moda transportasi; larangan parkir di sepanjang Jalan Stasiun Besar Kota Medan dan Jalan Jawa; penyediaan gedung parkir yang memadai; penyediaan fasilitas lajur drop off pada bagian depan dan belakang stasiun; penyediaan fasilitas pejalan kaki yang nyaman baik berupa trotoar dan jembatan penyeberangan yang terintegrasi untuk mendorong minat masyarakat berjalan kaki. b) Pusat-pusat kegiatan pada kawasan tersebut dirancang dapat saling terhubung dengan fasilitas pejalan kaki yang nyaman, sehingga masyarakat yang beraktifitas pada kawasan tersebut dapat membatasi penggunaan kendaraan pribadi. c) Tersedianya ruang terbuka umum yang baru pada kawasan tersebut sebagai fasilitas bersosialisasi bagi masyarakat.
Untuk mewujudkan potensi tersebut diatas, penerapan konsep TOD pada Kawasan Stasiun Besar Kota Medan ini memiliki permasalahan, antara lain : a) Untuk menurunkan penggunaan kendaraan pribadi, salah satunya dengan meningkatkan minat masyarakat menggunakan angkutan umum baik kereta api, bus dan angkutan kota. Diperlukan peningkatan pelayanan/performa angkutan umum beserta penyediaan fasilitas pendukungnya; b) Terbatasnya ketersediaan lahan kosong dan lahan milik pemerintah untuk penyediaan lahan parkir dan ruang terbuka umum; c) Terjadinya alih fungsi lahan dari ruang terbuka menjadi kawasan terbangun; d) Untuk penerapan konsep TOD ini diperlukan anggaran biaya yang cukup besar, diperlukan kerjasama antara Pemerintah dan Pihak Swasta sebagai investor.

Kata kunci: Permasalahan, Potensi dan Transit Oriented Development


KAJIAN OPERASIONAL ANGKUTAN MASSAL PERKOTAAN
STUDI KASUS: KERETA API SRI LELAWANGSA
RUTE MEDAN–BELAWAN 

Evlina Siburian

Mahasiswa S2 Program Studi Magister Teknik Arsitektur
Jurusan Manajemen Pembangunan Kota, Fakultas Teknik Arsitektur
Universitas Sumatera Utara
Jl. Perpustakaan Gedung J7 Lantai II Kampus USU
Medan 20155 – Sumatera Utara

A B S T R A K
Kota Medan saat ini sangat membutuhkan angkutan massal perkotaan berbasis rel yaitu kereta api, khususnya ke bagian utara Kota Medan (Belawan) dimana pada kawasan ini terdapat kegiatan perekonomian strategis antara lain: industri, pabrik, pergudangan dan pelayaran yang memiliki potensi bangkitan dan tarikan perjalanan.
Kereta api Sri Lelawangsa rute Medan–Belawan adalah salah satu bentuk perwujudan dari kebijakan Pemerintah untuk pengembangan sistem jaringan perkeretaapian yang bertujuan meningkatkan aksesbilitas dan mobilitas orang agar tercipta sinergi perkembangan wilayah, meningkatkan pertumbuhan ekonomi wilayah dan mewujudkan pemeretaan pembangunan. Kereta api ini merupakan transportasi massal perkotaan berbasis jalan rel yang diresmikan pada tangggal 16 Pebruari 2010 dengan panjang lintasan 22 km melintasi Stasiun Besar Kota Medan–Stasiun Pulo Brayan–Stasiun Titi Papan–Stasiun Labuan–Stasiun Belawan. Tetapi kereta ini hanya beroperasi 1 (satu) tahun.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji penyebab kereta api Sri Lelawangsa rute Medan-Belawan berhenti beroperasi serta menganalisis karakteristik masyarakat pada rute tersebut dan faktor-faktor yang mempengaruhi untuk mengoperasionalkan kembali kereta api Sri Lelawangsa rute Medan-Belawan.
Peneliti melakukan analisa terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi pengoperasionalan kembali kereta api, yaitu faktor keselamatan, faktor keamanan, faktor kenyamanan, faktor waktu perjalanan dan faktor biaya perjalanan serta faktor yang mendorong minat masyarakat untuk menggunakan kereta api Sri Lelawangsa rute Medan-Belawan.
 Berdasarkan hasil analisa dapat disimpulkan bahwa penyebab angkutan massal ini berhenti beroperasi adalah frekuensi perjalanan yang rendah, kondisi stasiun yang tidak memenuhi standar pelayanan, bangunan liar yang berhimpitan dengan lintasan kereta api. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi untuk pengoperasional kembali kereta api dimaksud adalah faktor yang mempengaruhi pemilihan moda, bahwa masyarakat memilih/menggunakan kereta api karena alasan faktor keselamatan dan keamanan; terdapat 7 (tujuh) minat masyarakat untuk menggunakan kereta api yang dijelaskan secara berurutan dan kondisi jaringan jalan yang bersinggungan dengan lintasan kereta api yang semakin macet.

Kata kunci: Angkutan massal perkotaan, Operasional kereta api



KAJIAN PENERAPAN EKODRAINASE PADA PERUMAHAN
STUDI KASUS CITRALAND BAGYA CITY
 
Indah Novita Sari, ST, MT

Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara, Medan - Indonesia

ABSTRAK
Permasalahan pengelolaan air dan lingkungan sering terjadi di kawasan perumahan dan sekitarnya seperti banjir, sistem drainase yang tidak baik dan polusi air. Pembangunan perumahan mengakibatkan semakin berkurangnya lahan kosong yang bisa digunakan untuk meresapkan air ke dalam tanah. Hal ini menyebabkan penurunan kemampuan tanah untuk meresapkan air sebagai akibat adanya perubahan tata guna lahan. Air merupakan sumber kehidupan, dengan kata lain air merupakan zat yang paling esensial dibutuhkan oleh mahluk hidup. Pengelolaan air yang tidak baik juga akan mengakibatkan penurunan kualitas hidup dan gangguan kesehatan. Saat ini banyak perumahan yang menawarkan prinsip perancangan yang ekologis, salah satunya perumahan CitraLand Bagya City. Sejauh mana perancangan dan pengelolaan ekodrainase pada perumahan ini dapat bermanfaat bagi lingkungan sekitarnya dan menciptakan kualitas lingkungan yang nyaman dan harmonis. Penelitian ini berfokus pada kajian pengelolaan ekodrainase pada perumahan CitraLand Bagya City dengan metode penelitian deskriptif kualitatif, memusatkan penelitian kepada pemecahan masalah-masalah aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian dilaksanakan. Tujuan penelitian  ini adalah menemukan dampak lingkungan dari pengelolaan air kotor akibat pembangunan perumahan CitraLand Bagya City, mengkaji konsep ekodrainase perumahan CitraLand Bagya City dalam mengatasi permasalahan lingkungan yang ada sehingga menjadi nilai tambah bagi wilayah di sekitarnya, serta bagaimana penerapan  ekodrainase sesuai teori ekodrainase pada kawasan perumahan ini.

Kata kunci: ekodrainase, ekologis, danau konservasi, parit konservasi, sumur resapan, riverside polder, modifikasi lansekap